Dalam pasar tradisional didapati perilaku
ekonomi pasar yang berbeda-beda antara penjual dan pembeli dalam aktivitas jual
beli. Ketika intensitas pedagang dan pembeli yang sama sering melakukan
transaksi jual beli, perilaku pedagang tersebut terkadang mengalami dilema.
Apabila ia menjual barang dagangannya dengan harga yang tinggi, maka
dagangannya tidak akan laku/ laris. Apabila ia menjual dagangannya dengan harga
murah, sedangkan modalnya sangat mahal, maka kerugian yang akan dialami.
Dalam keadaan seperti itu pedagang
berusaha mencari jalan keluar yaitu dengan memilih jalan untuk membuka usaha di
tempat lain. Sehingga pertentangan batin tidak ada lagi. Pedagang adalah
manusia yang kreatif dan dinamis. Hal ini didasarkan kepada para pedagang tidak
tertumpu pada norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Mereka bisa
menyelesaikan permasalahan pribadi tanpa melanggar norma-norma yang ada.
Kegiatan berdagang di pasar tradisional
tidak menuntut keahlian yang khusus, usaha yang dilakukan berskala kecil dan
tidak menuntut modal yang besar. Di dalam kegiatan tersebut pedagang pasar
tradisional memerlukan hubungan sosial dengan aktor-aktor lainnya. Seorang
pedagang pasar tradisional yang sukses adalah orang yang bisa menjaga hubungan
bisnis dengan baik karena mereka sadar bahwa suksesnya berasal dari siapa saja
relasi yang dibangunnya dan seberapa besar kontribusi relasi tersebut terhadap
bisnisnya.
Ketika berbicara mengenai kegiatan ekonomi
yang terdapat hubungan sosial didalamnya maka konsep tersebut bernama
embededdness (keterlekatan). Menurut Polanyi ekonomi dalam masyarakat
pra-industri melekat dalam institusi-institusi sosial,politik, dan agama. Ini
berarti bahwa fenomena seperti perdagangan, uang dan pasar dengan maksud tujuan
selain dari mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra-industri
dalam permintaan dan penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih
kepada tradisi atau otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern,
“Pasar yang menetapkan harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang
menyatakan bahwa tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyrakat. Jadi ekonomi
dalam tipe masyarakat seperti ini diatur oleh harga pasar, yang mana manusia
berperilaku dalam suatu cara tertentu untuk mencapai perolehan yang maksimum.
Granovetter tidak setuju dengan Polanyi, ia
menegaskan bahwa tindakan ekonomi dalam masyarakat industri juga melekat
sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat pra-industri, dengan tingkat dan
level yang berbeda. Dalam pendekatan jaringan sosial, pasar merupakan suatu
struktur hubungan antara beberapa aktor pasar seperti pemasok (rekanan), distributor,
pelanggan, pembeli dan lain-lain. Kesemua aktor tersebut membentuk suatu
kompleksitas jaringan aktor pasar yang menggunakan berbagai macam energi sosial
budaya seperti trust, clientization, berbagai bentuk hubungan seperti
kekerabatan, suku, daerah asal, almamater dan seterusnya. Para pedagang pasar
tradisional membangun jaringan sosial berdasarkan hubungan sosial yang telah
terjalin lama. Melalui jaringan sosial, aktor-aktor berhubungan satu sama lain
dengan ikut serta dalam tindakan hubungan timbal-balik dan melalui hubungan ini
pula diperoleh keuntungan yang saling memberikan apa yang dibutuhkan satu sama
lain. Jaringan sosial perdagangan umumnya dilakukan atas dasar kepercayaan yang
dibentuk oleh pedagang dan pembeli. Jaringan sosial aktor-aktor dalam suatu
rangkaian jaringan dihubungkan, direkat atau diikat oleh unsur kepercayaan
antara satu dengan yang lainnya. Granovetter menjelaskan bahwa jaringan
hubungan sosial adalah suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan
sosial yang sama diantara individu-individu atau kelompok-kelompok.
Dalam pandangan sosiologi, pasar merupakan
fenomena sosial yang kompleks dengan berbagai macam perilaku ekonomi
didalamnya, pasar merupakan suatu kumpulan yang padat dengan jaringan sosial
atau yang penuh dengan konflik dan persaingan. Terbentuknya jaringan sosial
disebabkan karena adanya serangkaian hubungan sosial yang teratur, konsisten
dan berlangsung lama di antara sekelompok orang yang memiliki kepentingan dan
tujuan yang sama.
Dengan menggunakan pendekatan jaringan
sosial, pedagang Pasar Merjosari Kota Malang menunjukkan hubungan sosial antara
pedagang dengan berbagai aktor lain didalamnya. Pedagang memiliki kemampuan
untuk memanfaatkan jaringan sosial yang dibangun baik itu oleh pedagang eceran,
pedagang perantara, pedagang besar, tengkulak maupun pembeli dan pelanggan di
Pasar Merjosari Kota Malang.
Pembentukan dan pemanfaatan jaringan
sosial ini merupakan sebagai bagian dari langkah untuk mempertahankan
keberadaan pedagang pasar tradisional. Keterikatan individu-individu dalam
hubungan-hubungan sosial adalah pencerminan dirinya sebagai makhluk sosial.
Individu-individu yang terlibat diikat oleh kepemilikan informasi, rasa saling
percaya, saling memahami, kesamaan nilai dan saling mendukung dalam suatu
jaringan sosial. Sehingga dengan adanya jaringan kerjasama yang berhubungan
akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan bersama.
Jaringan sosial yang dibangun secara baik
melalui kepercayaan (trust) yang kuat menyebabkan pedagang dengan mudah
memperoleh akses terhadap hal-hal tertentu tanpa menghabiskan banyak waktu dan
biaya. Kemudahan akses ini akan memperlancar kegiatan bisnis mereka. Dengan
demikian jaringan sosial yang dibentuk oleh pedagang Pasar Merjosari Kota
Malang memberikan pengaruh positif bagi keberlangsungan penjualannya.
Hubungan-hubungan sosial yang dikaitkan
dengan aktivitas ekonomi yang berlangsung atau yang muncul dari interaksi
komunitas di Pasar Merjosari Kota Malang bermuara pada penjual dan pembeli yang
akhirnya membentuk hubungan bersifat spesifik. Hal ini disebabkan karena
hubungan sosial dalam perilaku ekonomi tidak berjalan dengan sendirinya,
melainkan dipengaruhi oleh norma dan nilai-nilai yang dimiliki oleh pedagang
dan berlaku secara turun menurun dalam kehidupan pasar tradisional. Norma dan
nilai-nilai ini melembaga dalam proses membina dan mengembangkan jaringan
sosial dalam kehidupan berdagang. Sehingga unsur-unsur tersebut mampu
menyeimbangkan hubungan antara sesama pedagang dan bertahan di tengah persaingan
dagang yang semakin ketat di antara pedagang itu sendiri.
Dengan adanya hubungan-hubungan sosial yang
terbentuk dalam jaringan sosial menunjukkan suatu keteraturan yang jelas.
Keteraturan dalam jaringan sosial berimplikasi pada pembentukan struktur sosial
di komunitas pedagang berupa pola-pola yang relatif tahan lama, setiap pedagang
mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan posisi sosial mereka berada dan
saling keterhubungan diantara mereka berinteraksi dengan orang lain.
Di samping itu, terbentuknya jaringan
sosial dalam suatu masyarakat didorong oleh adanya kepentingan dan tujuan yang
sama. Sebagaimana kegiatan berdagang pada umumnya, jalinan hubungan antara
pedagang Pasar Merjosari Kota Malang dengan pembeli merupakan jalinan yang cukup
menentukan kelancaran perolehan penghasilan. Pedagang memiliki kemampuan
jaringan sosial yang baik, ditandai dengan pembeli merasa puas dan merasa dekat
dengan pedagang sehingga menimbulkan ikatan hubungan personal yang akhirnya
membawa dampak menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar