Stasiun
kereta api kota Malang merupakan stasiun kereta api yang terletak di Jl. Trunojoyo No.10 kecamatan Klojen, Malang, Jawa
Timur. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api terbesar di Kota Malang.
Stasiun ini terkadang disebut sebagai Stasiun Malang Kotabaru untuk
membedakannya dengan Stasiun Malang Kotalama yang ada di Jalan Kol. Sugiono,
Ciptomulyo Malang. Stasiun kereta api Kotabaru ini menghadap langsung ke arah
icon Kota Malang, yaitu Monumen Tugu yang berada di depan kantor Balai Kota
Malang. Lokasi Stasiun Malang sangat strategis karena terletak tidak jauh
dari Alun-Alun Bundar. Karena lokasinya yang strategis, menjadikan Stasiun Kota
Baru juga dekat dengan beberapa tempat penginapan terkenal seperti Hotel Tugu
dan Splendid Inn yang terletak di sebelah selatan Stasiun Kereta Api Malang
ini. Stasiun Tugu juga dilintasi beberapa angkutan umum / mikrolet kawasan Kota
Malang seperti ADL (Arjosari – Dinoyo – Landung Sari) dan AL (Arjosari –
Landung Sari). Di dalam atau di luar stasiun kereta api banyak perilaku sosial
yang dilakukan masyarakat seperti calo, satpam, pelayan loket, cleaning
service, tukang parkir, pengemis dan pedagang kaki lima. sehingga menggugah
peneliti untuk mengambil observasi di lokasi stasiun. Peneliti melakukan
penelitian dalam hal ini untuk membuktikan prespektif dari Erving Goffman
seorang sosiolog dari Amerika yang memaparkan mengenai Dramaturgi.
Erving Goffman lahir di
Mannville, Alberta, Canada, 11 Juni 1922. Meraih gelar Bachelor of Arts (B.A)
tahun 1945, gelar Master of Arts tahun 1949 dan gelar Philosophy Doctor (Ph.D)
tahun 1953. Tahun 1958 meraih gelar Guru Besar, tahun 1970 diangkat menjadi
anggota Committee for Study of Incarceration. Dan tepat di tahun 1977 ia
memperoleh penghargaan Guggenheim. Meninggal pada tahun 1982, setelah sempat
menjabat sebagai Presiden dari American Sociological Association dari tahun
1981-1982. (Ritzer, 2004: 296). Salah satu karya Goffman pada
tahun 1959 yaitu dalam bukunya “Presentation of Self in Every Day” mengenai
Dramaturgi.
Dramaturgi
adalah cara perilaku seperti peran dalam drama yang dilakukan oleh
individu atau kelompok untuk mendapatkan keinginan yang diharapkan dan perilaku ini terus berkelanjutan. Dramaturgi yang lebih diteliti yaitu mengenai wilayah (region). Goffman mengatakan bahwa “Wilayah sebagai tempat yang dibatasi oleh persepsi” (Goffman, 1959: 66) maksudnya adalah bahwa wilayah menjadi hambatan individu untuk melakukan keinginan yang diharapkannya karena wilayah dipengaruhi oleh hasil dari persepsi individu-individu yang kemudian disepakati bersama menjadi norma dan budaya yang harus dilakukan. Sebagai contoh seseorang beribadah ke masjid dia menggunakan baju muslim tidak memakai kaos oblong. Kemudian dalam wilayah dibagi menjadi 3 yaitu wilayah depan (front region), belakang (back region) dan The Out Ide. Dalam dramaturgi juga ada yang namanya Front stage adalah peran yang dilakukan individu untuk menunjukkan kepada individu lainnya atas apa yang diharapkan dalam perumpamaannya ketika pemeran drama berada ditengah panggung sedang memainkan perannya untuk mendapatkan reward dari penonton, kemudian yang menjadi tempat di frontstage merupakan wilayah front region. Sedangkan backstage adalah persiapan perilaku untuk melakukan front stage sebagai perumpamaannya dalam drama yaitu ketika para pemeran drama berada dalam ruang tata rias dan mempersiapkan drama tersebut untuk berjalan dengan lancar, kemudian yang menjadi tempat di backstage merupakan wilayah back region.
individu atau kelompok untuk mendapatkan keinginan yang diharapkan dan perilaku ini terus berkelanjutan. Dramaturgi yang lebih diteliti yaitu mengenai wilayah (region). Goffman mengatakan bahwa “Wilayah sebagai tempat yang dibatasi oleh persepsi” (Goffman, 1959: 66) maksudnya adalah bahwa wilayah menjadi hambatan individu untuk melakukan keinginan yang diharapkannya karena wilayah dipengaruhi oleh hasil dari persepsi individu-individu yang kemudian disepakati bersama menjadi norma dan budaya yang harus dilakukan. Sebagai contoh seseorang beribadah ke masjid dia menggunakan baju muslim tidak memakai kaos oblong. Kemudian dalam wilayah dibagi menjadi 3 yaitu wilayah depan (front region), belakang (back region) dan The Out Ide. Dalam dramaturgi juga ada yang namanya Front stage adalah peran yang dilakukan individu untuk menunjukkan kepada individu lainnya atas apa yang diharapkan dalam perumpamaannya ketika pemeran drama berada ditengah panggung sedang memainkan perannya untuk mendapatkan reward dari penonton, kemudian yang menjadi tempat di frontstage merupakan wilayah front region. Sedangkan backstage adalah persiapan perilaku untuk melakukan front stage sebagai perumpamaannya dalam drama yaitu ketika para pemeran drama berada dalam ruang tata rias dan mempersiapkan drama tersebut untuk berjalan dengan lancar, kemudian yang menjadi tempat di backstage merupakan wilayah back region.
Karena
diawal merupakan kerja tim shingga sebelum peneliti melakukan penelitian, tim
peneliti membagi tema lokasi area kepada anggota dan peneliti mendapatkan area
di sekitar loket. Sehari sebelum peneliti melakukan penilitian, peneliti sudah
mempersiapkan apa saja hal-hal yang harus dilakukan menjelang observasi. Dalam
melakukan penelitian, peneliti menggunakan metode pengamatan dan wawancara. Di area
lokasi loket peneliti duduk diantara para calon penumpang untuk mengamati
kondisi fisik yang ada di stasiun disana terdapat loket, kursi tunggu, papan
jadwal keberangkatan, meja untuk menulis borang tiket, fasilitas free charging,
elektronik tiket, kantor customer service dan tempat boarding pass. Untuk
kondisi suasana di area loket sangat ramai banyak macam-macam perilaku yang
dilakukan seperti yang dilakukan calon pembeli tiket melihat papan jadwal
keberangkatan, menulis borang tiket di meja, memanfaatkan elektronik tiket
untuk mengurangi kepadatan mengantri di loket, calon penumpang yang menunggu
kedatangan kereta di kursi tunggu, mengantri
di loket dan pemanfaatan fasilitas free charging.
Kemudian
peneliti melakukan wawancara dengan tidak sengaja (tidak terbuka) sebagai upaya
agar tidak menghilangkan esensi dari narasumber. Tujuan dari wawancara adalah
memperoleh pendapat dari narasumber mengenai keadaan di sekitar area loket
stasiun. Narasumber yang peneliti wawancara (tidak disebutkan nama untuk menjaga
privasi seseorang) menunjukan seorang yang berusia 20an dan berpendidikan cukup
tinggi, walaupun peneliti tidak menanyakannya dapat dilihat dari cara dan gaya
bicara yang dilakukan serta pakaian formal yang digunakan. Peneliti juga sempat
menanyakan pengetahuan informasi jadwal keberangkatan dan harga tiket yang diketahui
oleh narasumber dari internet.
Dalam
analisa observasi terkait prespektif goffman untuk aspek lingkungan berhubungan
dengan wilayah (region). Di area loket peneliti mengambil contoh perilaku
petugas loket yang melayani pembeli dengan menggunakan baju dinas dan bersikap
sopan santun karena untuk menjaga reputasi PT. Kereta Api Indonesia dari
penilaian masyarakat hal ini menunjukkan bahwa petugas loket sedang berada di
wilayah depan (front region) karena bertatap muka dengan pembeli sedangkan
ketika petugas loket berada dalam loket dan berbicara atau berinteraksi dengan
petugas lainnya cara bersikap dan tuturkatanya berbeda agak sedikit kasar,
wilayah ini menunjukkan petugas loket sedang berada diwilayah back region
(wilayah belakang). Untuk aspek perilaku dalam observasi peneliti mengambil
contoh perilaku pembeli tiket yang sedang mengantri dengan raut wajah lesu,
bosan dan tidak mengenakkan tetapi pembeli tetap bersabar untuk menghadapinya,
hal ini sedang menunjukkan dalam keadaan di backstage. Kemudian ketika pembeli
tetap bersabar menunggu untuk mendapatkan tiket dan tidak ada perilaku seperti
marah-marah atau pulang, selama itu menunjukkan berada di frontstage untuk
mendapatkan penilaian yang baik dari individu lainnya. Untuk hasil wawancara
yang diperoleh adalah pendapat dari narasumber mengenai keadaan di sekitar area
loket stasiun dengan keadaan sudah nyaman dan bersih, fasilitas yang sudah baik
seperti adanya free charging yang dapat membantu masyarakat dan elektronik
tiket. Narasumber juga memberi pendapat bahwa pembeliaan tiket online lebih
memudahkan untuk calon penumpang dibandingkan tiket manual yang biasanya
dibutuhkan untuk tiket langsung jalan. Dapat dianalisa jika dikaitkan dengan
Dramaturgi bahwa narasumber tersebut memiliki pengetahuan yang cukup seputar
jadwal keberangkatan dan harga tiket yang diperoleh dari internet menunjukkan
bahwa berada di backstage untuk persiapan menghadapi kejadian di stasiun
seperti pembelian tiket yang menunjukkan front stage.
Dari
semua yang tertulis dapat disimpulkan penelitian terhadap prespektif dari
Erving Goffman mengenai Dramaturgi
terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan contoh mengambil perilaku sosial di
lokasi stasiun kereta api.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar