Sumber : Nugraha Perdana, Pemandian Gong Kyai Pradah 13 Desember 2016
Kabupaten
Blitar memiliki 22 kecamatan, salah satunya yakni Kecamatan Sutojayan atau
biasa disebut dengan Lodoyo. Sutojayan merupakan daerah Blitar selatan, di
Sutojayan sendiri menyimpan satu ritual kebudayaan yang sudah melegenda sejak
dahulu. budaya tersebut yaitu Ritual Siraman Gong Kyai Pradah, acara ini
dilakukan dua kali dalam setahun yaitu setiap 1 Syawal (hari raya Islam idul
fitri) dan acara siraman paling banyak dinantikan oleh ribuan masyarakat lokal
sendiri maupun masyarakat luar daerah Blitar pada saat 12 Rabiul Awal (hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW), atau di bulan Mulud yang didukung oleh Pemerintah
Kabupaten Blitar dengan tujuan untuk melestarikan cagar budaya yang telah
mengakar di Lodoyo. Di dalam
ritual siraman Gong Kyai Pradah saat Mulud, sekitar dua minggu sebelumnya
diadakan pasar malem (pasar kaget), kemudian malam hari sebelum hari H diadakan
kesenian jedoran, lalu setelah siraman diadakan tayuban dan wayangan. Dalam
acara siraman tersebut terdapat juga kesenian Jawa Timur seperti bantengan dan
reog yang ikut memeriahkan acara tersebut serta pedagang-pedagang yang
berjualan. Gong Kyai Pradah ini merupakan sebuah alat musik kesenian
tradisional Bendhe. Menurut penuturan Mbah Yadi salah satu sesepuh yang ikut
peduli terhadap Gong Kyai Pradah, ini merupakan awal cerita yang membabad di
Lodoyo dan dipercaya bahwa Gong ini sebenarnya ada dua, yang satu berada di
Lodoyo, Blitar dan yang satu lagi berada di jawa tengah. Hal ini juga diperkuat
dengan baju adat yang digunakan saat ritual berlangsung terdapat kesamaan
dengan baju adat abdi dalem keraton Surakarta. Masyarakat percaya bahwa secara
turun-temurun sudah
ada wasiat untuk Gong Kyai Pradah dimandikan dengan air bunga kembang setaman.
Orang tua dan anak muda, termasuk anak – anak rela saling berdesakan hanya
untuk memperebutkan air bunga setaman, hingga benda – benda bekas untuk mencuci
pusaka tersebut. Mayoritas masyarakat mempercayai jika air bunga yang sudah
dimandikan ke Gong Kyai Pradah mempunyai tuah yang dapat memperlancar kehidupan
dari kesulitan-kesulitan seperti mengobati berbagai penyakit, mendatangkan
rejeki, obat awet muda, melariskan dagangan, menyuburkan panen, dll yang semuanya
diminta tergantung kepada niatnya. Masyarakat Lodoyo sendiri masih sangat
berpegang teguh terhadap ritual siraman ini karena menurut mereka ritual
siraman Gong Kyai Pradah juga digunakan untuk melindungi kawasan desanya dari
berbagai tolak balak. Salah satu kehebatan yang dipercaya dari Gong Kyai Pradah
adalah jika Gong tersebut terjadi sesuatu yang negatif/ buruk seperti jatuh,
rusak atau tidak terawat maka dunia semesta alam akan mengalami keburukan juga
atau sebagai kode alam. Dan juga dipercaya bahwa ketika gong tersebut dipukul
akan berdatangan macan-macan yang dianggap sebagai jelmaan gaib.
Proses
ritual Gong Kyai Pradah saat Muludan diawali dengan napak tilas arak – arakan
atau kirab yaitu membawa kepala kambing dari tempat penyimpanan Gong menuju
“Mbok Rondo Dadapan” (tanpa membawa gong) yang diikuti para sesepuh masyarakat
Lodoyo termasuk juru kunci. Setelah itu mereka kembali ke tempat penyimpanan
gong, pada saat itu banyak pengunjung yang mengantri sambil membawa sebungkus
bunga guna meminta khasiat dari Gong Kyai Pradah, proses selanjutnya pusaka
berupa alat musik tradisional sebuah gong besar dan empat bendhe yang
terbungkus kain putih dibawa naik ke Dalem Pasiraman, ndalem ini berupa
bangunan permanen yang berada ditengah alun – alun Lodoyo. Ada perbedaan proses
pemandian saat Syawalan dan Muludan, dimana ketika Syawalan proses pemandian
gong hanya di tempat penyimpanan Gong tersebut namun berbeda ketika saat Mulud
proses yang dilalui sangat panjang mulai dari napak tilas, kemudian Gong dibawa
dan dimandikan di sebuah tempat di tengah alun-alun Lodoyo yang kemudian airnya
disiram dan dibagikan ke masyarakat yang ada saat perayaan berlangsung. Untuk
memandikan Gong Kyai Pradah menggunakan tujuh tong yang masing-masing terdapat
air bunga yang berbeda-beda atau disebut dengan air siram Jamas atau kembang
setaman. Yang bertugas untuk memandikan Gong Kyai Pradah yaitu Bupati Blitar
untuk siraman 12 rabiul awal (Maulid), dan Pak Camat memandikan Gong Kyai
Pradah saat 1 Syawal. Selain itu biasanya pada saat setiap hari Jumat Legi
semalam suntuk, masyarakat Lodoyo banyak yang melakukan sembayang (seperti doa
atau semedi) untuk menjaga Gong Kyai Pradah. Juru kunci utama saat ini yang
dapat ditemui yaitu mbah Palil. Peran juru kunci sangat vital sebagai penjaga
dan memberikan nasehat keputusan dalam Ritual Gong Kyai Pradah. Juru kunci ini
juga sebagai penghubung dengan hal-hal gaib dan lingkungan alam. Juru kunci
memiliki peran dan fungsi sangat penting untuk tetap menjaga tradisi masyarakat
yang telah dipercayai. Karena rangkaian Ritual Gong Kyai Pradah yang akan
dilakukan harus disetujui oleh Juru Kunci. Hal tersebut dilakukan untuk
kelancaran ritual adat yang akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan relasi
masyarakat dengan lingkungannya.
Jika dilihat budaya
sendiri merupakan segelintir serangkaian yang rumit dari segi adat, bahasa,
agama, pakaian, maupun bangunan. Dari penjelasan di atas dapat diketahui
bagaimana masyarakat masih mempercayai dan menjalankan budaya Ritual Gong Kyai
Pradah. Kepercayaan ini menjadi Mitos tersendiri yang masih ada terus di
Masyarakat Lodoyo. Kepercayaan ini berjalan atas relasi dan peran antara
struktur dan agen yang terdapat dalam budaya tersebut. Pemahaman yang dimiliki
oleh masyarakat Lodoyo dalam menjalankan Ritual Gong Kyai Pradah dapat
dikatakan merupakan hasil warisan kepercayaan yang diterima masyarakat untuk
diberikan kepada generasi selanjutnya. Peran juru kunci, bupati dan jajaran
pemerintah kabupaten Blitar serta sesepuh masyarakat Lodoyo yang terlibat aktif
dalam Ritual Gong Kyai Pradah membuktikan bahwa kepercayaan tersebut akan tetap
ada selama masyarakat masih menjalankan ritual tersebut. Gong Kyai Pradah
menandakan adanya kepercayaan relasi antara manusia, alam dan tuhan dengan
diikat perilaku budaya yang dipahami secara bersama, salah satunya terhadap
kepercayaan hasil air untuk memandikan Gong Kyai Pradah dapat memperlancar
kehidupan dari kesulitan-kesulitan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar