Kajian
mengenai sosiologi lingkungan dimulai baru-baru ini dengan momentum awal yaitu
Earth Day pada tahun 1970 sebagai klaim simbolis 'Hari 1‘environmentalisme
baru. Sebelumnya ilmu-ilmu sosial lebih mengkaji terhadap hal yang bersifat
Aposentrisme (kajian mengenai manusia), mereka belum menyadari bahwa alam
mempunyai relasi yang kuat dengan manusia. Lebih lagi pandangan sosiolog klasik
tidak memiliki teori atau penelitian untuk memahami hubungan masyarakat dan
lingkungan. Perintis sosiologi klasik -Émile Durkheim, Karl Marx dan Max Weber
bisa dibilang memiliki dimensi lingkungan secara implisit untuk kerja teoritis
mereka. Sebagian besar karena penerjemah Amerika lebih menyukai penjelasan
struktur sosial daripadayang fisik atau lingkungan (Buttel 1986:338).
Pada
dekade tahun 1920an para pemikir sosial mulai membahas mengenai relasi manusia
dengan alam yaitu terbukti pada pembahasan terhadap “Kegagalan Determinisme
Geografis dan Biologis”. Buckle percaya bahwa pengaruh lingkungan geografis
adalah yang paling langsung. Hal itu terlihat pada orang 'primitif' tapi
menurun seiring dengan kemajuan masyarakat modern. Naik turunnya seluruh
peradaban seperti mengikuti pergeseran zona iklim di periode sejarah. Kritik
Sorokin (1964 [1928]: 192-3) mengacu pada teori-teori yang keliru, korelasi
fiktif atas peran lingkungan geografis. Selanjutnya pada dekade 1970an Catton
dan Dunlop menjadi kerangka teoritis dalam sosilogi lingkungan dikarenakan
gagasannya yang mengkritik sosiologi klasik telah mengabaikan masalah
lingkungan, kedua timbulnya masalah lingkungan akibat paradigma pembangunan
(Developmentalis) yaitu jika dianalogikan seperti treadmill manusia yang
berlari/ memburu ekonomi diatas alam. Dalam tulisannya, Lingkungan menjadi
property hanya jika relevan dirasakan dan didefinisikan oleh pelaku (Dunlap dan
Catton 1992/3: 267). Sementara sosiolog cenderung mendukung rekayasa sosial
untuk mencapai tujuan seperti kesetaraan, mereka tetap sepenuhnya menerima
kemungkinan pertumbuhan tak berujung dan kemajuan melalui melanjutkan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sementara mengabaikan kendala potensi
fenomena lingkungan seperti perubahan iklim (Dunlap dan Catton 1992/3: 270).
Inkeles dan Smith (1974: 22) mengamati bahwa bagian penting dari pengembangan
rasa keberhasilan yang modern terletak pada kemampuan untuk mengembangkan
potensi penguasaan alam (Human Ecceptional Paradigm).
Pemikiran
Karl Marx terhadap analisis struktur sosial dan perubahan sosial gaya Marxian
telah menjadi titik awal untuk beberapa teori kontemporer lingkungan. Konsep
Alienasi dipercaya bukan hanya mengasingkan kelompok Proletariat dari komoditas
yang mereka hasilkan tetapi juga pada lingkungan alam. Kapitalisme bertanggung
jawab untuk berbagai penyakit sosial mulai dari kelebihan penduduk dan
menipisnya sumber daya serta pemindahtanganan kepemilikan pribadi. Humanisasi
Lingkungan Alam, manusia akan mengembangkan pmahaman akan lingkungan. Keretakan
Metabolis yang dipercepat oleh Urbanisasi, modernisasi pertanian dan tidak
berjalannya kapasitas ekologis untuk fungsi penguraian. Diharapkan kedepannya
ada perubahan paradigma yang HEP (Human Ecceptional Paradigm) menuju kepada NEP
(New Ecologi Paradigm) dimana manusia dengan alam seimbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar