Diawali
dengan sejarah dunia, Robert K Merton melihat di inggris pada abad 17 mempunyai
sebuah etos yang terdiri dari 4 prinsip yaitu komunalitas, universalisme,
ketanpapamrihan dan skeptisisme. Dimana hal ini menjadi perubahan setelah eropa
mengalami pengaruh sekian lama dari dogma agama. Pada saat itu pula ilmu
pengetahuan, industry dan masyarakat industry menjadi bagian dari sejarah barat
yang membutuhkan penjelasan baru dari pemikir sosial dikarenakan adanya ketidakteraturan
sosial. Maka kepentingan ideologi menjadi hal yang utama. Pada abad renainsance
para pemikir mencoba untuk mengetahui bagaimana cara memahami realitas yang
kemudian disebut dengan perdebatan metode (Methodein Streit). Kelahiran ilmu
alam menjadi hal yang pertama dan dianggap absolut dikarenakan sifatnya yang
kontinyu dan perubahan realitasnya lama berbeda dengan ilmu sosial perubahan
realitasnya begitu cepat.
Di Indonesia sendiri terjadi yang
namanya kolonialisme yang dilakukan oleh bangsa belanda dengan dinaungi oleh
VOC maka tidak hanya kontak fisik untuk menakhlukan bangsa Indonesia namun
dibutuhkan ilmu-ilmu sosial untuk mempelajari Indonesia (Hindia Belanda). Yang
dilakukan oleh belanda yaitu dengan memberikan paket pendidikan kepada pegawai
administrasi yang terdiri dari geografi, etnologi dan linguistik dikenal dengan
indologie. Setelah kemerdekaan,
kebanyakan di perguruan tinggi status akademis disiplin ilmu sosial menjadi
antropologi dan sosiologi.
Dekolonisasi
menjadi hal yang menarik setelah kemerdekaan NKRI dikarenakan ingin mengurangi
paham colonial dalam ilmu sosial. Penulis berpikir dengan adanya dekolonisasi
sempat ada kekosongan atau kebingungan menentukan arah ilmu sosial di Indonesia
dikarenakan dipengaruhi oleh ketegangan perang dingin antara rusia dengan
ideologi komunismenya dan amerika dengan pandangan developmentalis. Seiring
dengan perkembangan zaman di era orde baru sangat digencarkan pembagunan
nasional (seperti terarah kepada pandangan developmentalis), dimana ilmuan
sosial membantu para ekonom dengan salah satu contoh yaitu melansir program
rekayasa sosial dalam strategi pertumbuhan ekonomi. Selain itu terdapat GBHN
(Gerakan Besar Haluan Negara) yang dimaksudkan pemerintah tidak hanya focus
pada pembangunan ekonomi saja tapi keseluruhannya yaitu dengan diperhatikannya
aspek sosial dan budaya. Dengan begitu banyak bermunculan peneliti-peniliti
sosial. Tapi sayangnya dalam penelitian ilmu sosial tidak selalu dapat
melepaskan diri dari cara berpikir colonial untuk itu maka diperlukan
menyesuaikan asumsi dasar teori ilmu sosial dengan system nilai local serta
mengkonstruksikan isi teori tersebut atas dasar system kognitif local maka
dibutuhkan sebuah gerakan revolusioner dalam dunia ilmu sosial yang biasanya
mendasarkan kekuatan dan kemampuannya dari apa yang disebut kleim validitas
universal (sebagi contoh penggunaan teori barat) dapat dikatakan indigenisasi
ilmu-ilmu sosial. Hasil dari penelitian ilmu sosial dapat mempengaruhi
kebijakan dan trend berpikir dalam masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar