Rabu, 03 Februari 2016

Observasi Sosial dalam Kegiatan Ekonomi di Pasar Merjosari




    Dalam pasar tradisional didapati perilaku ekonomi pasar yang berbeda-beda antara penjual dan pembeli dalam aktivitas jual beli. Ketika intensitas pedagang dan pembeli yang sama sering melakukan transaksi jual beli, perilaku pedagang tersebut terkadang mengalami dilema. Apabila ia menjual barang dagangannya dengan harga yang tinggi, maka dagangannya tidak akan laku/ laris. Apabila ia menjual dagangannya dengan harga murah, sedangkan modalnya sangat mahal, maka kerugian yang akan dialami.

     Dalam keadaan seperti itu pedagang berusaha mencari jalan keluar yaitu dengan memilih jalan untuk membuka usaha di tempat lain. Sehingga pertentangan batin tidak ada lagi. Pedagang adalah manusia yang kreatif dan dinamis. Hal ini didasarkan kepada para pedagang tidak tertumpu pada norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Mereka bisa menyelesaikan permasalahan pribadi tanpa melanggar norma-norma yang ada.

    Kegiatan berdagang di pasar tradisional tidak menuntut keahlian yang khusus, usaha yang dilakukan berskala kecil dan tidak menuntut modal yang besar. Di dalam kegiatan tersebut pedagang pasar tradisional memerlukan hubungan sosial dengan aktor-aktor lainnya. Seorang pedagang pasar tradisional yang sukses adalah orang yang bisa menjaga hubungan bisnis dengan baik karena mereka sadar bahwa suksesnya berasal dari siapa saja relasi yang dibangunnya dan seberapa besar kontribusi relasi tersebut terhadap bisnisnya.

     Ketika berbicara mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat hubungan sosial didalamnya maka konsep tersebut bernama embededdness (keterlekatan). Menurut Polanyi ekonomi dalam masyarakat pra-industri melekat dalam institusi-institusi sosial,politik, dan agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti perdagangan, uang dan pasar dengan maksud tujuan selain dari mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra-industri dalam permintaan dan penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi atau otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern, “Pasar yang menetapkan harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyrakat. Jadi ekonomi dalam tipe masyarakat seperti ini diatur oleh harga pasar, yang mana manusia berperilaku dalam suatu cara tertentu untuk mencapai perolehan yang maksimum.

    Granovetter tidak setuju dengan Polanyi, ia menegaskan bahwa tindakan ekonomi dalam masyarakat industri juga melekat sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat pra-industri, dengan tingkat dan level yang berbeda. Dalam pendekatan jaringan sosial, pasar merupakan suatu struktur hubungan antara beberapa aktor pasar seperti pemasok (rekanan), distributor, pelanggan, pembeli dan lain-lain. Kesemua aktor tersebut membentuk suatu kompleksitas jaringan aktor pasar yang menggunakan berbagai macam energi sosial budaya seperti trust, clientization, berbagai bentuk hubungan seperti kekerabatan, suku, daerah asal, almamater dan seterusnya. Para pedagang pasar tradisional membangun jaringan sosial berdasarkan hubungan sosial yang telah terjalin lama. Melalui jaringan sosial, aktor-aktor berhubungan satu sama lain dengan ikut serta dalam tindakan hubungan timbal-balik dan melalui hubungan ini pula diperoleh keuntungan yang saling memberikan apa yang dibutuhkan satu sama lain. Jaringan sosial perdagangan umumnya dilakukan atas dasar kepercayaan yang dibentuk oleh pedagang dan pembeli. Jaringan sosial aktor-aktor dalam suatu rangkaian jaringan dihubungkan, direkat atau diikat oleh unsur kepercayaan antara satu dengan yang lainnya. Granovetter menjelaskan bahwa jaringan hubungan sosial adalah suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama diantara individu-individu atau kelompok-kelompok.

     Dalam pandangan sosiologi, pasar merupakan fenomena sosial yang kompleks dengan berbagai macam perilaku ekonomi didalamnya, pasar merupakan suatu kumpulan yang padat dengan jaringan sosial atau yang penuh dengan konflik dan persaingan. Terbentuknya jaringan sosial disebabkan karena adanya serangkaian hubungan sosial yang teratur, konsisten dan berlangsung lama di antara sekelompok orang yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama.

     Dengan menggunakan pendekatan jaringan sosial, pedagang Pasar Merjosari Kota Malang menunjukkan hubungan sosial antara pedagang dengan berbagai aktor lain didalamnya. Pedagang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan jaringan sosial yang dibangun baik itu oleh pedagang eceran, pedagang perantara, pedagang besar, tengkulak maupun pembeli dan pelanggan di Pasar Merjosari Kota Malang.

     Pembentukan dan pemanfaatan jaringan sosial ini merupakan sebagai bagian dari langkah untuk mempertahankan keberadaan pedagang pasar tradisional. Keterikatan individu-individu dalam hubungan-hubungan sosial adalah pencerminan dirinya sebagai makhluk sosial. Individu-individu yang terlibat diikat oleh kepemilikan informasi, rasa saling percaya, saling memahami, kesamaan nilai dan saling mendukung dalam suatu jaringan sosial. Sehingga dengan adanya jaringan kerjasama yang berhubungan akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan bersama.

      Jaringan sosial yang dibangun secara baik melalui kepercayaan (trust) yang kuat menyebabkan pedagang dengan mudah memperoleh akses terhadap hal-hal tertentu tanpa menghabiskan banyak waktu dan biaya. Kemudahan akses ini akan memperlancar kegiatan bisnis mereka. Dengan demikian jaringan sosial yang dibentuk oleh pedagang Pasar Merjosari Kota Malang memberikan pengaruh positif bagi keberlangsungan penjualannya.

      Hubungan-hubungan sosial yang dikaitkan dengan aktivitas ekonomi yang berlangsung atau yang muncul dari interaksi komunitas di Pasar Merjosari Kota Malang bermuara pada penjual dan pembeli yang akhirnya membentuk hubungan bersifat spesifik. Hal ini disebabkan karena hubungan sosial dalam perilaku ekonomi tidak berjalan dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh norma dan nilai-nilai yang dimiliki oleh pedagang dan berlaku secara turun menurun dalam kehidupan pasar tradisional. Norma dan nilai-nilai ini melembaga dalam proses membina dan mengembangkan jaringan sosial dalam kehidupan berdagang. Sehingga unsur-unsur tersebut mampu menyeimbangkan hubungan antara sesama pedagang dan bertahan di tengah persaingan dagang yang semakin ketat di antara pedagang itu sendiri.

    Dengan adanya hubungan-hubungan sosial yang terbentuk dalam jaringan sosial menunjukkan suatu keteraturan yang jelas. Keteraturan dalam jaringan sosial berimplikasi pada pembentukan struktur sosial di komunitas pedagang berupa pola-pola yang relatif tahan lama, setiap pedagang mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan posisi sosial mereka berada dan saling keterhubungan diantara mereka berinteraksi dengan orang lain.

     Di samping itu, terbentuknya jaringan sosial dalam suatu masyarakat didorong oleh adanya kepentingan dan tujuan yang sama. Sebagaimana kegiatan berdagang pada umumnya, jalinan hubungan antara pedagang Pasar Merjosari Kota Malang dengan pembeli merupakan jalinan yang cukup menentukan kelancaran perolehan penghasilan. Pedagang memiliki kemampuan jaringan sosial yang baik, ditandai dengan pembeli merasa puas dan merasa dekat dengan pedagang sehingga menimbulkan ikatan hubungan personal yang akhirnya membawa dampak menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar