Jumat, 01 Juli 2016

Terbentuknya Ilmu Sosial di INDONESIA




Diawali dengan sejarah dunia, Robert K Merton melihat di inggris pada abad 17 mempunyai sebuah etos yang terdiri dari 4 prinsip yaitu komunalitas, universalisme, ketanpapamrihan dan skeptisisme. Dimana hal ini menjadi perubahan setelah eropa mengalami pengaruh sekian lama dari dogma agama. Pada saat itu pula ilmu pengetahuan, industry dan masyarakat industry menjadi bagian dari sejarah barat yang membutuhkan penjelasan baru dari pemikir sosial dikarenakan adanya ketidakteraturan sosial. Maka kepentingan ideologi menjadi hal yang utama. Pada abad renainsance para pemikir mencoba untuk mengetahui bagaimana cara memahami realitas yang kemudian disebut dengan perdebatan metode (Methodein Streit). Kelahiran ilmu alam menjadi hal yang pertama dan dianggap absolut dikarenakan sifatnya yang kontinyu dan perubahan realitasnya lama berbeda dengan ilmu sosial perubahan realitasnya begitu cepat.

         Di Indonesia sendiri terjadi yang namanya kolonialisme yang dilakukan oleh bangsa belanda dengan dinaungi oleh VOC maka tidak hanya kontak fisik untuk menakhlukan bangsa Indonesia namun dibutuhkan ilmu-ilmu sosial untuk mempelajari Indonesia (Hindia Belanda). Yang dilakukan oleh belanda yaitu dengan memberikan paket pendidikan kepada pegawai administrasi yang terdiri dari geografi, etnologi dan linguistik dikenal dengan indologie.  Setelah kemerdekaan, kebanyakan di perguruan tinggi status akademis disiplin ilmu sosial menjadi antropologi dan sosiologi.

Dekolonisasi menjadi hal yang menarik setelah kemerdekaan NKRI dikarenakan ingin mengurangi paham colonial dalam ilmu sosial. Penulis berpikir dengan adanya dekolonisasi sempat ada kekosongan atau kebingungan menentukan arah ilmu sosial di Indonesia dikarenakan dipengaruhi oleh ketegangan perang dingin antara rusia dengan ideologi komunismenya dan amerika dengan pandangan developmentalis. Seiring dengan perkembangan zaman di era orde baru sangat digencarkan pembagunan nasional (seperti terarah kepada pandangan developmentalis), dimana ilmuan sosial membantu para ekonom dengan salah satu contoh yaitu melansir program rekayasa sosial dalam strategi pertumbuhan ekonomi. Selain itu terdapat GBHN (Gerakan Besar Haluan Negara) yang dimaksudkan pemerintah tidak hanya focus pada pembangunan ekonomi saja tapi keseluruhannya yaitu dengan diperhatikannya aspek sosial dan budaya. Dengan begitu banyak bermunculan peneliti-peniliti sosial. Tapi sayangnya dalam penelitian ilmu sosial tidak selalu dapat melepaskan diri dari cara berpikir colonial untuk itu maka diperlukan menyesuaikan asumsi dasar teori ilmu sosial dengan system nilai local serta mengkonstruksikan isi teori tersebut atas dasar system kognitif local maka dibutuhkan sebuah gerakan revolusioner dalam dunia ilmu sosial yang biasanya mendasarkan kekuatan dan kemampuannya dari apa yang disebut kleim validitas universal (sebagi contoh penggunaan teori barat) dapat dikatakan indigenisasi ilmu-ilmu sosial. Hasil dari penelitian ilmu sosial dapat mempengaruhi kebijakan dan trend berpikir dalam masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar