Kamis, 30 Juni 2016

Review Chapter 1 & 2, John Hannigan Environmental Sociology Environmental sociology as a field of inquiry & Contemporary theoretical approaches to environmental sociology




Kajian mengenai sosiologi lingkungan dimulai baru-baru ini dengan momentum awal yaitu Earth Day pada tahun 1970 sebagai klaim simbolis 'Hari 1‘environmentalisme baru. Sebelumnya ilmu-ilmu sosial lebih mengkaji terhadap hal yang bersifat Aposentrisme (kajian mengenai manusia), mereka belum menyadari bahwa alam mempunyai relasi yang kuat dengan manusia. Lebih lagi pandangan sosiolog klasik tidak memiliki teori atau penelitian untuk memahami hubungan masyarakat dan lingkungan. Perintis sosiologi klasik -Émile Durkheim, Karl Marx dan Max Weber bisa dibilang memiliki dimensi lingkungan secara implisit untuk kerja teoritis mereka. Sebagian besar karena penerjemah Amerika lebih menyukai penjelasan struktur sosial daripadayang fisik atau lingkungan (Buttel 1986:338).

Pada dekade tahun 1920an para pemikir sosial mulai membahas mengenai relasi manusia dengan alam yaitu terbukti pada pembahasan terhadap “Kegagalan Determinisme Geografis dan Biologis”. Buckle percaya bahwa pengaruh lingkungan geografis adalah yang paling langsung. Hal itu terlihat pada orang 'primitif' tapi menurun seiring dengan kemajuan masyarakat modern. Naik turunnya seluruh peradaban seperti mengikuti pergeseran zona iklim di periode sejarah. Kritik Sorokin (1964 [1928]: 192-3) mengacu pada teori-teori yang keliru, korelasi fiktif atas peran lingkungan geografis. Selanjutnya pada dekade 1970an Catton dan Dunlop menjadi kerangka teoritis dalam sosilogi lingkungan dikarenakan gagasannya yang mengkritik sosiologi klasik telah mengabaikan masalah lingkungan, kedua timbulnya masalah lingkungan akibat paradigma pembangunan (Developmentalis) yaitu jika dianalogikan seperti treadmill manusia yang berlari/ memburu ekonomi diatas alam. Dalam tulisannya, Lingkungan menjadi property hanya jika relevan dirasakan dan didefinisikan oleh pelaku (Dunlap dan Catton 1992/3: 267). Sementara sosiolog cenderung mendukung rekayasa sosial untuk mencapai tujuan seperti kesetaraan, mereka tetap sepenuhnya menerima kemungkinan pertumbuhan tak berujung dan kemajuan melalui melanjutkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sementara mengabaikan kendala potensi fenomena lingkungan seperti perubahan iklim (Dunlap dan Catton 1992/3: 270). Inkeles dan Smith (1974: 22) mengamati bahwa bagian penting dari pengembangan rasa keberhasilan yang modern terletak pada kemampuan untuk mengembangkan potensi penguasaan alam (Human Ecceptional Paradigm).

Pemikiran Karl Marx terhadap analisis struktur sosial dan perubahan sosial gaya Marxian telah menjadi titik awal untuk beberapa teori kontemporer lingkungan. Konsep Alienasi dipercaya bukan hanya mengasingkan kelompok Proletariat dari komoditas yang mereka hasilkan tetapi juga pada lingkungan alam. Kapitalisme bertanggung jawab untuk berbagai penyakit sosial mulai dari kelebihan penduduk dan menipisnya sumber daya serta pemindahtanganan kepemilikan pribadi. Humanisasi Lingkungan Alam, manusia akan mengembangkan pmahaman akan lingkungan. Keretakan Metabolis yang dipercepat oleh Urbanisasi, modernisasi pertanian dan tidak berjalannya kapasitas ekologis untuk fungsi penguraian. Diharapkan kedepannya ada perubahan paradigma yang HEP (Human Ecceptional Paradigm) menuju kepada NEP (New Ecologi Paradigm) dimana manusia dengan alam seimbang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar